Saya masih ingat, saya salah satu dari 10 pendaftar pertama saat
itu karena di belakang pojok kanan atas nametack
(bukan berarti yang pertama datang
tapi yang pertama maju dan mengambil posisi di 10 pendaftar pertama)
tertulis angka 4 (saya menganggapnya
dimana saya adalah urutan ke-4, bukan begitu ? ask yourself buddy J).
Sebuah keberuntungan karena kami langsung diarahkan ke coffee stand disebelah ruangan, dengan mengikuti arahan tersebut
banyak yangsesegera mungkin mengambil cemilan yang disediakan. Menatap dan
heran pada keadaan dimana semua orang dengan sigap mengambil jatah mereka,
dalam hati berkata (“omg, kelaparan
melanda dan inilah dunia.. DUNIA MAKANAN !!
AGREE with that, puny ague.. puny ague manaaaa..?! heeeeee.. sini sini..”).
Yang tadi hanyalah cerita fiktif belaka, tidak di kejadian yang nyata. Yup,
setelah memakan santapan yang luar biasa tak pernah habis (thanks banget buat Clarion Hotel, it’s awesome dude.. thanks banget dah
nyiapin makanan dari A-Z yang super duper enaaaaaak banget.. saking enaknya
biar duduk di pojokan tiang dilarang ma satpamnya ‘based on true story’). Kita dikagetkan dengan terbukanya
gerbang ballroom yang mewah banget, dan seperti yang saya ceritakan tadi. Musik
yang menggema dan sound system yang luar biasa (terpana asli gue), membuat kami semua menikmati saat disambut
dengan ke-solidaritasnya BEKRAF DEVELOPER DAY TEAM.
After that..
Ketiga, saat break ishoma
kejadian lucu dan memalukan terjadi. Saya, Rini,
Qalbi & Kak Shanti sedang mencari kamar kecil (WC) untuk berwudhu.
Mengetahui mushollah dan tempat wudhu saat itu dipenuhi dengan banyak peserta,
kami memutuskan untuk mencari tempat wudhu di lain tempat. Akhirnya kami
menelusuri setiap lantai, dengan ceroboh dan sotta’ (sok tau) saya menyarankan untuk coba ke lantai 5 (mulai sombong + sottaaa’ sekali) ke yang
lain. Dan ya, saya mulai sok kenal dengan pelayan setempat dan bertanya “toilet di sebelah mana ya mas..? (tanpa
lirik kiri dan kanan)”. And then, “bruakakakakkaka
agaaaaaaaaaaaaa, ini kolam renang beb.. Aduhhh gimana sih ?? Mau nyari tempat
buat wudhu malah nyari sumber air…” kata Rini yang teriak dari arah belakangku
waktu itu. So, ya. Konyol, absurd, OMG dengan PD saya katakan pada mereka “ya gitu lah beb, fokusnya kan nyari air jadi
klu mau wudhu cemplung aja kan mudah” (dengan
segera memutar wajah dari pelayan tadi, kemudian berjalan lurus menuju
eskalator). Setelah tiba di laintai 4 kembali, baru tersadar bahwa yang
tadi itu memang lucu (mulai tertawa
sendiri *klu perlu jungkir balik lah). Setelah sholat pun, kami masih saja
menertawakan kejadian tadi hingga masuk ke ruangan track masing-masing.
Keempat, setelah acara selesai malapetaka pun datang. Tiap
lift yang menuju basement selalu full of
people sehingga mengharuskan saya
menunggu sejam lebih hanya untuk turun menuju basement, mencoba tiap lift yang
mampir dilantai 2 Ballroom Phinisi selalu
membunyikan bel tanda muatan lebih dari kesanggupan lift tersebut. Hal berikut
dapat memberikan kenyataan yang pahit dimana salah satu diantara kami (yang berada dalam lift) memiliki berat
badan yang lebih. Ditambah lagi, karcis motor tercecer entah berantah. Dalam
hati berkata (“mana dompet.. mana dompet…
gue mesti bayar berapa nih.. NO WAY..!”) dompet saya terlihat begitu indah
dengan lembaran uang didalamnya. Berkat mama, semua teratasi (sebelum pergi, mama sempat ngasih duit 100
ribua gitu.. keajaiban banget sumpah :D).
Finally, setelah antri
mengelurakan motor dan berurusan dengan pihak parkir basement. Saatnya
pulang dan menceritakan kembali apa saja yang saya alami disana kepada mama,
hari yang melelahkan juga ternyata J.
Terima kasih telah membaca dan jangan sungkan-sungkan tuk
memberikan komentarnya, see you!
Wassalamualaikum wr.wb.